dimana biasanya dirimu menutup lelah
apakah pada hembusan angin, yang dengannya
bahasa tak ada lagi
apakah pada hembusan angin, yang dengannya
bahasa tak ada lagi
dimana kebisingan itu yang dengannya derap tak ada lagi
semua membuat gaduhnya sendiri,
meramal mimpi dengan bayang mentari
ujung jejakku telah memiliki muaranya tanpa ku sadari
hanya tersisa
tangisan membulir di atas bumi
menjadi pelipur mengumpat telapak kaki
Yogykarta, 22 Januari 2014
Komentar
Posting Komentar