Aku mencintai lautmu yang gersang

Desakan kapal-kapalku berlayar menyusuri malam
Berhenti di dermaga sembari meneguk tawar kehidupan
Lapak-lapak liar yang diperdagangkan
Ikan hasil tangkapan semalam

Aku merindukan rumputmu yang hitam
Telentang membisik hujan, tuk bertahan
Tawa kecil yang layu
Ketika rerumput terlibas hujan
Genderang perang bertabuh
Jajaran manusia mengumpat manusia yang lain
Korupsi, pembunuhan, perampokan
Berebut kuasa diatas air mata warna

Kaukah perempuan yang mengutuk tragedi ini !
Kau bukan pemilik rumput,
Bukan pula penjual ikan
Kau adalah warna mata
Mata kami, yang telanjang mengeja diri

Diatas nama kebencian, darah kami masih satu
Entah mereka, kami, kau, aku
Hanya panggilan semu, karena kita satu
           
Aku masih mencintai, dengan lugu kerapuhanmu
Perempuan ringkih, pertiwi suciku
Abadillah senja esok
Temaram menyinari lautmu yang tenang


Yogyakarta, 17 Februari 2015

Komentar