Pada saat senja yang sama
Ku temukan dirimu berbeda
Matamu menyembunyikan luka
Yang mencipta jarak dua dunia
Dunia yang kamu huni Dan dunia yang telah pergi
Dimana kita tuliskan sejuta mimpi
Namun waktu tak lagi berbaik hati
Garis tangan kita beradu arti
Kita pun menghilang dalam beku Menjadi kata yang membisu
Kini aku hanya memandang hampa
Pada ribuan senja yang sama
Namun bayangmu abadi
Karena hadirmu selalu ku siasati Dalam setiap kematian sunyi
Cilacap, 18 April 2016
Pagi ini tetanggaku beramai-ramai mengunjungi rumah Bude. Anak Bude dari Jepang telah pulang. Para tetangga bersilaturahim kepadanya. Ibu dan bapaku pun kesana. Ibuku sangat senang mendapat oleh-oleh dari Jepang. Aku dibagikannya, bagiku plastik tulisan huruf Jepang ini sama saja dengan jajanan di Indonesia. Ya, cuma beda merk. Terlepas dari jajanan itu, satu pemandangan kontras, mendadak rumah yang biasa sepi menjadi ramai. Bude menghuni rumah dengan suaminya Pakde. Keduanya sudah lanjut usia. Bahkan Pakde sudah pikun. Setiap harinya rumah Bude seperti rumah kosong. Tapi tidak untuk saat ini, keceriaan tengah menyelimuti keluarga Bude. Anak kesayangannya telah pulang.
Komentar
Posting Komentar