Satu hal yang aku cari dari setiap perjalanan adalah masjid. Entah saat mengendarai sepeda motor atau naik bus umum. Aku akan melirik kanan kari, bila yang ku lirik masjid. Pandanganku tertahan menatap menaranya, gaya arsitekturnya dan suasananya.
Gaya arsitektur masjid sesuai dengan masyarakat setempat. Misal masjid kota, terletak di alun-alun kota bentuk dan ukuran bisa megah, besar, adesoris kakigrafi dan lekat simbol Islam lainnya.
Semakin ke tepi, masjid bisa dihitung dengan jari. Yang banyak musola-musola kecil perkampungan. Bila daerah kota, arsitekturnya bagus, ke tepi lagi musola bangunan biasa. Kadang sampai tidak terawat.
Tapi sejauh pengamatanku masjid dan musola tumbuh subur di masyarakat. Bisa dikatakan selisih jarak antar satu masjid dengan musola tidak ebih dari 400 Meter. Ini penghitungan perkampungan normal.
Sayangnya kuantitas jumlah masjid berbanding terbalik degan jumlah jamaahnya.
Kalau sholat berjamaah, makmum palig banyak satu larik shof sholat. Paling parah formasi 1-3 , Imam satu , makmumnya tiga.
Dari fakta ini aku berpikir sejenak. Rupanya kemegahan masjid beum menarik masyarakat untuk memakmurkan masjid.
Padahal husnudhon, semangat sodaqoh masyarakat dalam membangun masjid patut diacungi jempol.
Seribu sayang, rupanya semangat itu belum sampai pada titik kesadaran memakmurkan masjid.
Ada miss-understanding, kemegahan masjid akan terlihat dari para jamaahnya.
-Bersambung..
Gaya arsitektur masjid sesuai dengan masyarakat setempat. Misal masjid kota, terletak di alun-alun kota bentuk dan ukuran bisa megah, besar, adesoris kakigrafi dan lekat simbol Islam lainnya.
Semakin ke tepi, masjid bisa dihitung dengan jari. Yang banyak musola-musola kecil perkampungan. Bila daerah kota, arsitekturnya bagus, ke tepi lagi musola bangunan biasa. Kadang sampai tidak terawat.
Tapi sejauh pengamatanku masjid dan musola tumbuh subur di masyarakat. Bisa dikatakan selisih jarak antar satu masjid dengan musola tidak ebih dari 400 Meter. Ini penghitungan perkampungan normal.
Sayangnya kuantitas jumlah masjid berbanding terbalik degan jumlah jamaahnya.
Kalau sholat berjamaah, makmum palig banyak satu larik shof sholat. Paling parah formasi 1-3 , Imam satu , makmumnya tiga.
Dari fakta ini aku berpikir sejenak. Rupanya kemegahan masjid beum menarik masyarakat untuk memakmurkan masjid.
Padahal husnudhon, semangat sodaqoh masyarakat dalam membangun masjid patut diacungi jempol.
Seribu sayang, rupanya semangat itu belum sampai pada titik kesadaran memakmurkan masjid.
Ada miss-understanding, kemegahan masjid akan terlihat dari para jamaahnya.
-Bersambung..
Mantap
BalasHapus