Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari Desember, 2012

Mandiri di Negeri Sendiri

Apa kabar Indonesia hari ini ? Tentunya media lantang di garda depan memotret sejuta wajah Indonesia, dari pagi hingga petang media tak hentinya menyoal kacaunya kondisi bangsa dari soal koruptor hingga penjual kompor, dari macetnya perekonomian sampai maling jemuran. Kegalauan (baca: carut-marut) kondisi bangsa. Sungguh memiriskan padahal 69 tahun lamanya Indonesia merdeka, agaknya di usia senja itu, Indonesia layaknya seorang kakek bijak yang mengerti arah dan tujuan bangsa. Tak pelak lakon kita sekarang hanya sibuk menjadi tukang tambal ban , dimana roda-roda kehidupan bangsa telah berlubang bahkan nyaris kempes. Merevitalisasikan Jati Diri Bangsa   Arus globalisasi dan modernisasi dunia telah menyamarkan jati diri bangsa. Image dasar yang melekat pada bangsa, “Produk-produk baru lebih maju “ . Produk apapun bisa laku dijual, dari kebutuhan primer-sekunder hingga produk ideologi (kapitalisme), budaya dan religi (sekte-sekte agama) pun laku keras. Sekitar tahun 2000-an Film

Jihad, Religious Struggle not slaughter Life

I ’ m not a terrorist, words climax of the film my name is khan insisted he "was not a terro r is t” . The film that took the background of World Trade Center (WTC) buildings as the pride of the United States reconstruct the crash that happened on 11 September 2001. This is the beginning of the term terrorism shook the world. A year later October 12, 2012 Bali bombings exploded, stunning the divine land that becomes the coffin to bury the victims. Media reported the culprit, namely Amrozi, Imam Samudra and Ali Ghufron. Surely the only record of events in the news, but far beyond of the tv screen , t he players no longer become a hot topic but shifted into the true meaning of a religious quest. the theme of religion has become a legal tool to p erform actions that violate human rights (Human Rights). Should absolute firmness as acts of violence? Violence in the name of religion in which thousands of lives were lying. Though clearly a vision of Islam is rahmatan

Sepetik Koma

Part 1 tahukah kamu ribuan koma menyesakkan kerongkonganku. setiap waktu bergulir kian membesar, menjadi bulatan-bulatan yang bermuara di malam sunyi. da tahukah kamu..kini koma-koma itu menderai bersama hujan dan meruntuhkan aku di ujungnya- Part ll harapan pada hidup layaknya memenggal waktu dalam lingkar usia- terkadang ia mundur menghempaskan debu, kadang pula maju menjanjikan cahaya bintang di mataku. dan wajah waktu kini-bayangnya ku genggam-aku tak tahu entah cahaya atau gelap yang- ada aku hanya mencoba untuk bersinar