Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari Juni, 2016

Ramadhan jangan pergi..

Refleksi Ramadhan Ketika Ramadhan tasbih alam terasa lebih syahdu memuji Dzat yang Maha Agung. angin yang bertasbih melambai pelan menyalami ranting-ranting daun basah kala fajar.  Jika manusia mampu mendengar, sekiranya mereka akan takjub mendengar simfoni lantunan dzikir semesta yang begitu merdu. Subhanallah. Adakalanya dzikir semesta diiringi dengan lantunan kalam ilahi yang dibacakan di masjid dan surau-surau. Suasan langit begitu teduh dan Bumi begitu hikmat mengikuti tasbih mahluk bumi. Namun keadaan indah ini, tak berlangsung lama. Tak terasa waktu mengantarkan Ramadhan sampai pertengahan perjalanan. Setengah bulan lagi Ramadhan akan berlalu. Begitulah waktu, terasa cepat berlalu tanpa kita sadari. Ramadhan yang dinanti-nanti akan pergi. Dan berganti bulan yang baru. Setelah separuh perjalanan ini Ramadhan telah menancapkan beragam kesan kepada kita. Ada yang 'ngrupyuk' menyambut Ramadhan. Segenap jiwa raganya dicurahkan untuk beribadah di bulan Ramadhan,

Senyum Rena

Ada yang hilang dari senyumanmu, keceriaan yang tersembunyi di lesung pipitmu. Yang dulu mewarnai hari-harimu. Kini hilang yang tersisa hanya wajah layu. Aku masih menerka-nerka, dalamnya luka, yang meremukan hatimu. Yang membuatmu menjadi kamu yang lain. Aku pun harus mulai terbiasa, melihatmu berbeda-dirimu yang hilang. Selasa 14 April genap 200 hari kamu membisu. Tidak ada kata manis yang ku dengar seperti dulu. Seolah telah kamu lepas ikatan hati, yang telah terjalin empat tahun lamanya. Seperti malam ini. Aku bermalam di rumah sakit agar aku bisa menjagamu 24 jam. Hal nekad yang kulakukan agar senantiasa dekat denganmu. Meski awalnya pihak rumah sakit melarangnya. aku bersyukur ketika ku datang menjengukmu. Kamu mau merimaku, walaupun sambutanmu tak sehangat dulu. Aku sapa dirimu. Kamu hanya mengangguk malas. Matamu menoleh sekilas ke arahku. Lalu kamu buang lagi wajahmu ke arah jendela itu. Kamu tampak terpaku melihat taman rumah sakit, yang gelap melalui jendela.

Kita (bisa) selamatkan Rita!!

 Sang pahlawan devisa dalam bahaya!!Apa yang dituntut kawan TKI sederhana,“ Kalian merelakan kami pergi, kalian menanti jatuhnya dolar dari keringat kami, hanya satu permintaan kami, lindungi kami,’..............­...haruskah Rita Krisdiyanti menggenapi luka kami yang abadi... Setiap kali Tenaga Kerja Indonesia bermasalah, saat itu juga tulisan tentangnya bermunculan membanjiri media massa maupun sosial media. Setiapkali itu juga netizen ramai membicangkan, namun selepas sebulan koar-koar netizen menghilang seiring meredupnya pemberitaan media. Sudah menjadi rahasia atau mungkin seolah dirahasiakan umum. PermasalahanTKI hingga saat ini belum selesai, justru semakin rumit. Ibarat fenomena gunung esyang hanya nampak di puncaknya saja. Namun akar masalahnya sesungguhnya belum dituntaskan dan cenderung diabaikan. Salah satu permasalahan yang kini menyita perhatian publik, soal kasus Rita Krisdiyanti. Perempuan asal Ponorogo tersebut terancam hukuman mati dari vonis pengadila