Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari 2016

Akulah Alasan Tubuhmu Tinggal

Gerimis Cinta akulah alasan tubuhmu tinggal waktu menahan langkahmu pergi melepas gerimis yang kau kenal sejak pagi tenggelam di wajahmu aku hendak bermain perasaan denganmu biar aku telan tetes demi tetes gerimismu, lidahku bergetar beradu matamu sepasang mata yang mengubur mendung. Sesaat tak ada merah mimpimu kabut-kabut kisahmu tergenggam di dadaku. Akulah cemas, yang kau tahan hadirnya Karena hatimu ku remas utuh Kau menyukai luka ini bukan? Luka yang kau rindukan Setiap derai gerimis membasahi pipimu. Cilacap, 20 September 2016 Pernah dimuat di www.litera.co.

Seindah Tidurmu

Seindah Tidurmu Sejak kau kecil hidupmu dipenuhi dongeng putri dan pangeran Denting kereta kencana kuda jantan yang gagah, Membawamu menemui sang pangeran Kupu-kupu di halaman rumahmu Berubah jadi dayang cantik Selendang mereka mengaburkan matamu Kenyataan berputar, ilusi Agar kau bahagia meneguk gelas demi gelas Kisah palsu itu Khayalan indah memanjakan takdir, Karena doa, tak direstui tuhan, Kali ini tuhan lupa, Membangunkanmu dari dengkur Cilacap, 23 September 2016 Misteri Malam Malam adalah kematian Seribu malam adalah keabadian Sepotong malam adalah keraguan Seperti malam adalah ketiadaan Dan malam? Cilacap, 23 September 2016 Yang Abadi Jangan lagi menangis untukku, sayang Jalanku terbuka di balik fana Pandanganmu, menampik angin menjemputku, Aku pergi mencarimu, Tuk masa depanku. Kau yang tinggal di masa lalu, tenggelam dalam waktu, aku mencarimu di sana. Di masa, waktu tak lagi berdetak Biar aku pergi menembus waktu, Menebus rindumu- Be

Kenapa Dangdut Koplo musik kelas tiga?

Celotehan bunyi, musik dan lirik Saya adalah pencinta bunyi. Bunyi gesekan daun yang tertiup angin. Bunyi ricik gerimis yang gugur ke tanah. Apalagi bunyi yang memiliki nada. Bunyi-bunyi yang memiliki nada, mendapat tersendiri di hati saya seperti musik. Musik salah satu bunyi yang paling sempurna. Musik tercipta dari perpaduan elemen bunyi : vokal, dan instrumen alat musik. Perpaduan beberapa bunyi tersebut menciptakan sebuah lagu, yang dapat didengar dan dinikmati semua orang. Berawal dari kecintaan terhadap bunyi, saya tidak membatasi jenis musik apa yang saya sukai. Jika ada lagu, saya menyerapi suara musik terlebih dahulu. Baru memahami lirik lagunya. Jika saya tidak menyukai sebuah lagu lebih cenderung karena musiknya. Walaupun pesan liriknya bagus. Saat bergaul dengan kawan-kawan saya, saya mengamati kesukaan jenis musik mereka. Seperti pop, pop reliji, rock, jazz, regae, blues, hip hop. Dari dalam maupun luar negeri. Saya mengoleksi beberapa musik. Tidak semua musik d

Puisi; Terima Kasih Guruku

(dimuat di www.edunews.id, pada 6 September 2016) Terima kasih Guruku Kini sudah 20 tahun lamanya, Sebuah perjalanan aku lalui, Meski baru sampai separuhnya, Namun telah ku temukan lautan kata-kata itu, Wasiatmu saat aku masih duduk di sekolah dasar, Masih saja ku ingat: “ pergilah nak, kejarlah mimpi setinggi bintang”, Dengan bodoh aku telusuri makna kata-katamu, Jauh ku langkahkan kaki, menyeberangi laut, mendaki bukit Meninggalkan diriku dari ladang- ladang dan sawahku, Langit di daerah rantau memang lebih biru adanya, Bagai kanvas putih, yang mewarnai hari-hariku dengan sejuta warna, :begitu indahnya menyelami mimpi dan mengecap manisnya. Tawa beliaku terukir di tembok salah satu universitas, Lembaran kertas, jadi jejak-jejak anak pantai naik kelas, Dengan mimpi bodoh itu, Aku beli kembali keceriaan yang tertunda di kampungku dulu, Kini saatnya aku pulang. Karena aku ingin mendekap hangatnya ombak lautan, Kampungku, Tempat dimana aku mengembalikan keri

Puisi rindu ; purnama semesta

Cahaya di atas Cahaya l. karena segala rupa bermula dari kata, kun fa yakun. jadi, jadilah. firman tuhan menyelimuti tujuh langit dan tujuh bumi. kedua tangan langit merangkul tubuh bumi yang kedinginan karena malam. malam ini seluruh kalam tuhan merias diri. wajah-wajah mereka berseri menyambut lahirnya purnama ke bumi. kau adalah bapak cahaya, sosok sempurna ciptaan sang kuasa. bintang-bintang di pelataran semesta menyalamimu, sementara penghuni bumi berebut menciumimu. dari desir gurun panas yang menyejukan jiwa. kau menatap cakrawala. tetumbuhan pasir kering merunduk hormat, setiap kau melangkahkan kaki. dalam gigil gelap dunia. kau arungi setiap hati yang mati. dibisikannya nama tuhan di telinga manusia layaknya lentera, kau menyalakan satu. lambat-lambat merembet menjadi sepuluh, seratus, seribu hingga tak terbilang, percikan-percikan api tauhid yang dipancarkan mebinasakan kelam peradaban itu, demi malam yang gelap gulita. zaman yang bercahaya telah beranak- ke se

Masjid di Kampung Ardan

            Salah satu tulisan yang dimuat di pewartanews.com Suatu kampung di perbatasan Jawa Barat dan Jawa Tengah memiliki satu masjid. Konon usia masjid itu sama dengan usia kampung tersebut. Sekitar 100 tahunan. Awal mulanya pendiri kampung itu keluarga kyai dari Banyumas. Mereka melarikan diri dari kejaran pemberontak hingga sampai kampung itu. Pada waktu itu merupakan masa pemberontakan Darul Islam Kartosuwiryo. Pemerintah saat itu menyisir semua wilayah Jawa Tengah yang diduga kuat basis DI. Seluruh penduduk di desa-desa diperiksa terutama penduduk yang memakai simbol agama. Masa itu menjadi masa-masa sulit bagi penduduk beridentitas muslim. Sementara sekeluarga kyai Banyumas itu berhasil meloloskan diri ke kampung terpencil itu. Mereka membuka hutan lalu mendirikan beberapa rumah dan masjid. Seiring berjalannya waktu, satu per satu orang menempati tempat itu. Mereka mendirikan perkampungan baru, Kayu Dukuh Asri dengan menjadikan masjid pusat ibadah. Seolah terle

Nikmati Jatuhmu

"Sekiranya kamu mendapati mendung, milikilah mendung itu. Biarpun nantinya kamu akan menghadapi kilatan guntur dan hujan. Biarlah dirimu bergetar karena halilintar, biarlah dirimu kuyup oleh hujan. .., setelah mendung hilang kamu akan mendapati cahaya matahari yang menyibak masa gelapmu, cahaya yang menembus kalbumu, hingga kamu lupa masa perihmu,," Kehidupan manusia bak roda berputar kadang berada di atas, kadang berada di bawah. Saat berada di atas, kita merasa hebat dan bahagia. Usaha dan kerja keras kita membawa kita mampu meraih segala tujuan. Tapi roda terus berputar.. Kita terperosok dari kenyamanan yang ada. Kita jatuh, segala rintisan pencapaian yang telah diraih- seketika hilang tak tersisa. Ditambah relasi kekerabatan bahkan kekeluargaan pun putus. Hal ini terjadi bukan karena kebodohan kita. Sejatinya ini adalah ujian Tuhan kepada kita. Sekiranya kita telah lupa bersyukur dengan nikmatNya. Kita mendustakan nikmatnya, bangga dengan kesombongan diri. Tu

ketika desa menjadi ladang konsumsi

Langit hari ini sangat cerah, Sinar mentari yang hangat memantik semangat orang-orang desa memulai aktivitas. Mereka yang bermata pencaharian petani, telah sejak Shubuh berada di sawah. Bulan Maret awal musim tanam padi. Desa yang berada di perbatasan Jawa Barat dan Jawa Tengah ini merupakan desa penghasil padi. Mayoritas masyarakat mencari nafkah dari bercocok tanam. Sisanya bekerja sebagai PNS dan pedagang. Lambat laun prosentase petani di desa semakin menurun, lantaran tidak ada regenerasi. Salah satu faktor penyebabnya karena dampak globalisasi. Laju globalisasi turut berimbas pada warga desa. Warga desa berduyun-duyun merantau di kota. Terutama para pemudanya. Pemuda belasan tahun, sekitar 17an lulusan SMA, pergi ke kota. Entah untuk tugas belajar maupun bekerja. Kebanyakan dari Mereka menyasar Jakarta sebagai tempat perburuan nasib. Bila ingin lebih mujur mereka mengadu nasib di Kalimantan, Sumatera bahkan keluar negeri. Fenomena urbanisasi hingga migrasi penduduk se

Ramadhan jangan pergi..

Refleksi Ramadhan Ketika Ramadhan tasbih alam terasa lebih syahdu memuji Dzat yang Maha Agung. angin yang bertasbih melambai pelan menyalami ranting-ranting daun basah kala fajar.  Jika manusia mampu mendengar, sekiranya mereka akan takjub mendengar simfoni lantunan dzikir semesta yang begitu merdu. Subhanallah. Adakalanya dzikir semesta diiringi dengan lantunan kalam ilahi yang dibacakan di masjid dan surau-surau. Suasan langit begitu teduh dan Bumi begitu hikmat mengikuti tasbih mahluk bumi. Namun keadaan indah ini, tak berlangsung lama. Tak terasa waktu mengantarkan Ramadhan sampai pertengahan perjalanan. Setengah bulan lagi Ramadhan akan berlalu. Begitulah waktu, terasa cepat berlalu tanpa kita sadari. Ramadhan yang dinanti-nanti akan pergi. Dan berganti bulan yang baru. Setelah separuh perjalanan ini Ramadhan telah menancapkan beragam kesan kepada kita. Ada yang 'ngrupyuk' menyambut Ramadhan. Segenap jiwa raganya dicurahkan untuk beribadah di bulan Ramadhan,

Senyum Rena

Ada yang hilang dari senyumanmu, keceriaan yang tersembunyi di lesung pipitmu. Yang dulu mewarnai hari-harimu. Kini hilang yang tersisa hanya wajah layu. Aku masih menerka-nerka, dalamnya luka, yang meremukan hatimu. Yang membuatmu menjadi kamu yang lain. Aku pun harus mulai terbiasa, melihatmu berbeda-dirimu yang hilang. Selasa 14 April genap 200 hari kamu membisu. Tidak ada kata manis yang ku dengar seperti dulu. Seolah telah kamu lepas ikatan hati, yang telah terjalin empat tahun lamanya. Seperti malam ini. Aku bermalam di rumah sakit agar aku bisa menjagamu 24 jam. Hal nekad yang kulakukan agar senantiasa dekat denganmu. Meski awalnya pihak rumah sakit melarangnya. aku bersyukur ketika ku datang menjengukmu. Kamu mau merimaku, walaupun sambutanmu tak sehangat dulu. Aku sapa dirimu. Kamu hanya mengangguk malas. Matamu menoleh sekilas ke arahku. Lalu kamu buang lagi wajahmu ke arah jendela itu. Kamu tampak terpaku melihat taman rumah sakit, yang gelap melalui jendela.

Kita (bisa) selamatkan Rita!!

 Sang pahlawan devisa dalam bahaya!!Apa yang dituntut kawan TKI sederhana,“ Kalian merelakan kami pergi, kalian menanti jatuhnya dolar dari keringat kami, hanya satu permintaan kami, lindungi kami,’..............­...haruskah Rita Krisdiyanti menggenapi luka kami yang abadi... Setiap kali Tenaga Kerja Indonesia bermasalah, saat itu juga tulisan tentangnya bermunculan membanjiri media massa maupun sosial media. Setiapkali itu juga netizen ramai membicangkan, namun selepas sebulan koar-koar netizen menghilang seiring meredupnya pemberitaan media. Sudah menjadi rahasia atau mungkin seolah dirahasiakan umum. PermasalahanTKI hingga saat ini belum selesai, justru semakin rumit. Ibarat fenomena gunung esyang hanya nampak di puncaknya saja. Namun akar masalahnya sesungguhnya belum dituntaskan dan cenderung diabaikan. Salah satu permasalahan yang kini menyita perhatian publik, soal kasus Rita Krisdiyanti. Perempuan asal Ponorogo tersebut terancam hukuman mati dari vonis pengadila

Seandainya

Selama seminggu terakhir jagad media tanah air gencar memberitakan gadis ABG berinisial YY.   Nasib kematian YY yang tragis oleh sekawanan 14 pemuda tanggung, benar-benar merobek hati nurani manusia normal yang mendengarnya. Gadis ABG bau kencur itu menjadi sasaran nafsu bejat 14 pemuda. Gadis ABG itu diperkosa dan dibunuh. Tidak sampai di situ, mayat YY lalu dibuang tidak jauh dari TKP.  Setelah kejadian itu, opini publik muntah di media-media. Publik melaknat perbuatan keji 14 pemuda tersebut.  Jajaran pejabat pun miris dengan kejadian tersebut. Publik yang diwakili oleh organisasi perempuan dan HAM mendorong pemerintah untuk memberikan hukuman seberat-beratnya pada pelaku.   Selain itu kelompok publik tertentu, mendengungkan hukuman mati. Nyawa dibayar nyawa. Tapi apalah daya. Vonis hakim menghukum para pemuda tersebut berkisar 10 tahun hukuman penjara.  Masyarakat geram. Lantas apa yang dilakukan? Apa ini dikatakan hukum tajam ke bawah , tumpul ke atas?   Se

Tak Sama..

Pada saat senja yang sama Ku temukan dirimu berbeda Matamu menyembunyikan luka Yang mencipta jarak dua dunia Dunia yang kamu huni Dan dunia yang telah pergi Dimana kita tuliskan sejuta mimpi Namun waktu tak lagi berbaik hati Garis tangan kita beradu arti Kita pun menghilang dalam beku Menjadi kata yang membisu Kini aku hanya memandang hampa Pada ribuan senja yang sama Namun bayangmu abadi Karena hadirmu selalu ku siasati Dalam setiap kematian sunyi Cilacap, 18 April 2016

Doa hilang

Telah hilang bersama bising, suara sisa tangisan kemarin. Bertabrak kilatan lampu jalanan kota, yang perlahan mulai menyala Bersiul lepas melihat sepasang sunyi berjalan meninggalkan senja tempo hari Sunyi datang menyapa malam yang berbeda, Merambati lorong- lorong kota yang telanjang Aurat kehidupan yang terlihat saling bertindihan Keserakahan yang dipertuhankan doa doa berlarian mencari tuannya Dan begitu naif kah, Menanam dendam dalam bongkahan sunyi Berbahasa malam Meminjam celoteh mentari yang hambar Dan terpaksa dipersandingkan dengan hati yang kelam Jogjakarta, 7 Januari 2016