Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari 2015

Aku mencintai lautmu yang gersang

Desakan kapal-kapalku berlayar menyusuri malam Berhenti di dermaga sembari meneguk tawar kehidupan Lapak-lapak liar yang diperdagangkan Ikan hasil tangkapan semalam Aku merindukan rumputmu yang hitam Telentang membisik hujan, tuk bertahan Tawa kecil yang layu Ketika rerumput terlibas hujan Genderang perang bertabuh Jajaran manusia mengumpat manusia yang lain Korupsi, pembunuhan, perampokan Berebut kuasa diatas air mata warna Kaukah perempuan yang mengutuk tragedi ini ! Kau bukan pemilik rumput, Bukan pula penjual ikan Kau adalah warna mata Mata kami, yang telanjang mengeja diri Diatas nama kebencian, darah kami masih satu Entah mereka, kami, kau, aku Hanya panggilan semu, karena kita satu             Aku masih mencintai, dengan lugu kerapuhanmu Perempuan ringkih, pertiwi suciku Abadillah senja esok Temaram menyinari lautmu yang tenang Yogyakarta, 17 Februari 2015

Mimpi anak gembala

Hujan di bukit ilalang. Anak gembala berlari pulang. Namuan sia-sia, dia terjebak hujan yang terlambat datang. Anak gembala bergegas membawa dombanya menepi ke sebuah gubuk tua pinggir bukit. Di luar sana, hujan turun begitu deras. Diselingi kilatan petir menyambar. Petir menyilang di angkasa meretakan atap langit. Angin ribut menabrak pohon ilalang. menggoyangkannya ke kiri ke kanan, hingga mencerabut akarnya sementara  bukit telah menjadi hitam karena jilatan awan gelap langit yang terbakar petir. Anak gembala hampir mati kedinginan. Kedua tangannya dilipat di depan dada berharap bisa membuat percikan hangat yang menjalar ke tubuhnya. Kulit kaki dan jari kaki sudah keriput karena dingin. Anak gembala tak menyangka hujan akan datang terlambat di bulan Januari, dia menyangka hujan terakhir di bulan Desember lalu. Namun dia harus pasrah ramalan cuaca yang disiarkan di radio kini meleset. Langit masih mengendapkan uap air, yang kapan saja bisa langit turunkan. Termasuk di a

Lesbian TKW ," sudah jadi bubur"

"Nasi telah menjadi bubur", agaknya itu pepatah menggambarkan kondisi Tenaga Kerja Wanita di Taiwan dan Hingkong saat ini. Niat mulia merantau ke Taiwan untuk mendapatkan kehidupan lebih baik justru terjebak pada jurang hedonisme. Para TKW telah larut dalam trend gaya hidup kebarat-kebaratan di Taiwan. Mulai dari pakaian ketat, rambut semir, hingga free sex. Areal Victory ,causewaybay menjadi surga dunia bagi para TKW. Di sana pasangan biseksual dan homoseksual (lesbian) biasa memadu kasih. Diantara perilaku free sex, lesbian yang paling marak dilakukan. Beberapa TKW mengaku alasan merek terjerumus lesbian karena luka masa lalu. Mereka merasa jenuh berhubungan dengan laki-laki, yang kerap bertindak kasar. Kesepian hati inilah yang mereka lampiaskan kepada sesamanya. Bahkan hubungan asmara ini dilanggengkan dengan pernikahan. Kalangan TKW pasangan sejenis biasa menikah di bawah tangan. Perilaku menyimpang mereka sempat mendapat kecaman dari organisasi dakwah setempat

Kembalilah ke dunia kita....

Dengan malam ku temukan dirimu yang tengah terlelap tidur. Kau imajikan pagi dalam cerita gelap, dunia yang kau butakan dengan tergesa-gesa Kau katupkan kedua kelopak matamu, kau biarkan dunia telipat dalam gelap. Ku tak bisa apa-apa, selain menunggumu terbangun. Membayangkan senyum manismu, menyambut kesetiaanku di sini. Dan kau tak terbangun, bahkan mengigau pun tidak. yang ada kau hanya semakin lelap. Larut dalam dunia yang kau ciptakan sendiri. Dunia yang kau reka tanpa- ku tahu ku hadir di dalamnya. Jika kau tahu, di luar duniamu telah kurangkai kenyataan yang indah meski tak sempurna tapi setidaknya mampu membuatmu tersenyum. .... Bangunlah.. telah ku siapkan dunia mu yang indah.. cukuplah kau mengembara dalam duniamu, Rasakan hadirku di sini, yang memanggilmu kembali, aku tak akan menghianati mimpimu. Ku tawarkan daya dan hidupku untuk mewujudkan mimpi yang kau cipta dalam duniamu. Kan ku ajak kau menyelami dunia ku, dimana kau bisa mencium bau dahan kering

Akankah ada Kedamaian di 'Tanah Mama'

Sebuah kesan yang telah lama terpendam akhirnya muntah juga....kesan yang awalnya haya percikan semata lambat laun semakin membesar dengan gesekan-gesekan peristiwa lain yan masih saling terkait. Ya, sekitar 5 bulan lalu, aku menghadiri sebuah seminar “ Papua Cinta Damai”, di salah satu universitas Islam di Jogja sebuah acara yang digagas dari LSM HAM dan organisasi peduli Papua. Acara yang berdurasi sekitar dua jam tersebut intinya ‘menggalang aspirasi untuk rakyat Papua’, sederhananya mereka berendah hati menampung saran apapun masyarakat non Papua terhadap masyarakat Papua yang kesulitan di sana. Suatu sikap kerendahan yang pantas diapresiasi, ibarat saudara jauh yang datang ‘meminta nasehat terhadap solusi permasalahannya’. Dan benar saja, setiap peserta seminar dihadiahi tiga buah buku ; satu berisi keadaan umum Papua saat ini, kedua berisi ratusan harapan rakyat Papua dan ketiga tentang agenda aspirasi publik masal yang akan dilakukan di Papua, sekitar Desem

Seperti seribu debu

Itukah kau, yang terayun dalam lamunan pagi Beralih dari satu mimpi ke mimpi yang lain Hingga berdebu Kata yang yang kini berujung koma Mengisahkan cerita yang tak usai Seperti seribu sapuan debu www.infoparungpanjang.com Dan itu masih kau, anak yang berjalan layu Bersandar pada bayang hitam impian Celah demi celah yang kau robek Menyisakan luka diujungnya Bisakah kau, terdiam sejenak melupakan takdirmu Dan meluapkan sepi di sini Yogyakarta, 19 Januari 2015

cintA kalkulasi

fiksi.kompasiana.com  Berapa langkah yang kau butuhkan untuk mencapai surga Derap langkah hujan atau tipuan sapuan debu Hingga jarak menjadi temali gantungan mu sendiri Pernah kau bilang, tak usahlah bicara surga di sini Ajaran langit sudah terbeli di meja judi Hanya saja aku masih tergetar, mendengar tangisan seorang ibu kepada anaknya Ketika cinta bukan materi yang bisa dikalkulasi Sesuatu yang terus tumbuh tanpa duga dan jeda Yogyakarta, 13 Januari 2015

melihat warna hujan

putriwidisaraswati.wordpress.com Seperti hujan yang mengalir jernih dari langit. Kejernihan ricik dan rintiknya. Setelah mengulum uap- uap residu genangan air di bumi. Meskipun dengannya langit murka.. Kelam mendung diiringi gelegar petir Proses panjang yang sunyi.. Menghasilkan hujan dengan bau basahnya Menghidupkan... Jiwa- jiwa titipan bumi -UGM, menunggu hujan-
Ketika berjalan dengan melawan arah angin. Kita menemui banyak hambatan. Seringkali terjungkal oleh kerikil dan ranjam. Tapi apakah kita hendak menyerah. Padahal langit masih terlalu cerah...dan waktu ini masih pagi. Bergerak dan terus bergegas.. Merajut bekal menikmati senja nanti...hingga malam pun tiba

Bunga Permainan Hati

Bunga yang indah dilihat dari permainan hati Yang kini menghitam Mungkin membiarkannya layu adahal pilihan terbaik Dan kepada cahya bulan ku tawar kepedihan Luapan sangsi ..yang membisu menangisi lingkar malam yang menyelimuti perjalanan tak ada ujung ini di balik senyumanmu, ku rangkai cerita indah yang dulu ada Yogyakarta, 7 Januari 2015