Langsung ke konten utama

Postingan

Masjidnya megah tapi...

Satu hal yang aku cari dari setiap perjalanan adalah masjid. Entah saat mengendarai sepeda motor atau naik bus umum. Aku akan melirik kanan kari, bila yang ku lirik masjid. Pandanganku tertahan menatap menaranya, gaya arsitekturnya dan suasananya. Gaya arsitektur masjid sesuai dengan masyarakat setempat. Misal masjid kota, terletak di alun-alun kota bentuk dan ukuran bisa megah, besar, adesoris kakigrafi dan lekat simbol Islam lainnya. Semakin ke tepi, masjid bisa dihitung dengan jari. Yang banyak musola-musola kecil perkampungan. Bila daerah kota, arsitekturnya bagus, ke tepi lagi musola bangunan biasa. Kadang sampai tidak terawat. Tapi sejauh pengamatanku masjid dan musola tumbuh subur di masyarakat. Bisa dikatakan selisih jarak antar satu masjid dengan musola tidak ebih dari 400 Meter. Ini penghitungan perkampungan normal. Sayangnya kuantitas jumlah masjid berbanding terbalik degan jumlah jamaahnya. Kalau sholat berjamaah, makmum palig banyak satu larik shof sholat. Palin
Postingan terbaru

Pagi, Bude dan Kesepian..

Pagi ini tetanggaku beramai-ramai mengunjungi rumah Bude. Anak Bude dari Jepang telah pulang. Para tetangga bersilaturahim kepadanya. Ibu dan bapaku pun kesana. Ibuku sangat senang mendapat oleh-oleh dari Jepang. Aku dibagikannya, bagiku plastik tulisan huruf Jepang ini sama saja dengan jajanan di Indonesia. Ya, cuma beda merk. Terlepas dari jajanan itu, satu pemandangan kontras, mendadak rumah yang biasa sepi menjadi ramai. Bude menghuni rumah dengan suaminya Pakde. Keduanya sudah lanjut usia. Bahkan Pakde sudah pikun. Setiap harinya rumah Bude seperti rumah kosong. Tapi tidak untuk saat ini, keceriaan tengah menyelimuti keluarga Bude. Anak kesayangannya telah pulang.

Cinta Seorang Penghafal AL-Qur'an

  “Kring!” Alarm jam beker berbunyi nyaring tepat di telinga kanan. Aku raih jam beker itu, ku tekan tombol off mematikan bunyi. Aku bangun dari tempat tidur. Kuluruskan anggota tubuhku. Aku menuju kamar mandi membersihkan badan lalu mengambil wudhu. Pukul 03.00 dini hari aku sholat tahajud sesudahnya aku tunaikan Sholat Istikharah. Aku lantunkan wirid dan doa. Doa khusus untuk masa depanku. Aku yang tengah dilanda dilema selama seminggu. Sejak orang tuaku menjodohkanku dengan Aziz. Aziz adalah anak kerabat ibu. Niatan perjodohan itu semakin mendekati hari tunangan pada tanggal 8 Februari. Sementara hari ini tanggal 1 Februari tersisa satu minggu lagi. Keraguan bergelayut di pikiranku. Aku tak mengenal Aziz. Kata ibu, dia lulusan pondok pesantren di Jawa Timur. Meski dia tidak mengenyam pendidikan formal. Tapi dia sudah menjadi tangan kanan pak kyai. Ketinggian ilmu agamanya menjadikan dia diangkat menjadi ketua yayasan berbasis agama. Kalau dihitung-hi

Akulah Alasan Tubuhmu Tinggal

Gerimis Cinta akulah alasan tubuhmu tinggal waktu menahan langkahmu pergi melepas gerimis yang kau kenal sejak pagi tenggelam di wajahmu aku hendak bermain perasaan denganmu biar aku telan tetes demi tetes gerimismu, lidahku bergetar beradu matamu sepasang mata yang mengubur mendung. Sesaat tak ada merah mimpimu kabut-kabut kisahmu tergenggam di dadaku. Akulah cemas, yang kau tahan hadirnya Karena hatimu ku remas utuh Kau menyukai luka ini bukan? Luka yang kau rindukan Setiap derai gerimis membasahi pipimu. Cilacap, 20 September 2016 Pernah dimuat di www.litera.co.

Seindah Tidurmu

Seindah Tidurmu Sejak kau kecil hidupmu dipenuhi dongeng putri dan pangeran Denting kereta kencana kuda jantan yang gagah, Membawamu menemui sang pangeran Kupu-kupu di halaman rumahmu Berubah jadi dayang cantik Selendang mereka mengaburkan matamu Kenyataan berputar, ilusi Agar kau bahagia meneguk gelas demi gelas Kisah palsu itu Khayalan indah memanjakan takdir, Karena doa, tak direstui tuhan, Kali ini tuhan lupa, Membangunkanmu dari dengkur Cilacap, 23 September 2016 Misteri Malam Malam adalah kematian Seribu malam adalah keabadian Sepotong malam adalah keraguan Seperti malam adalah ketiadaan Dan malam? Cilacap, 23 September 2016 Yang Abadi Jangan lagi menangis untukku, sayang Jalanku terbuka di balik fana Pandanganmu, menampik angin menjemputku, Aku pergi mencarimu, Tuk masa depanku. Kau yang tinggal di masa lalu, tenggelam dalam waktu, aku mencarimu di sana. Di masa, waktu tak lagi berdetak Biar aku pergi menembus waktu, Menebus rindumu- Be

Kenapa Dangdut Koplo musik kelas tiga?

Celotehan bunyi, musik dan lirik Saya adalah pencinta bunyi. Bunyi gesekan daun yang tertiup angin. Bunyi ricik gerimis yang gugur ke tanah. Apalagi bunyi yang memiliki nada. Bunyi-bunyi yang memiliki nada, mendapat tersendiri di hati saya seperti musik. Musik salah satu bunyi yang paling sempurna. Musik tercipta dari perpaduan elemen bunyi : vokal, dan instrumen alat musik. Perpaduan beberapa bunyi tersebut menciptakan sebuah lagu, yang dapat didengar dan dinikmati semua orang. Berawal dari kecintaan terhadap bunyi, saya tidak membatasi jenis musik apa yang saya sukai. Jika ada lagu, saya menyerapi suara musik terlebih dahulu. Baru memahami lirik lagunya. Jika saya tidak menyukai sebuah lagu lebih cenderung karena musiknya. Walaupun pesan liriknya bagus. Saat bergaul dengan kawan-kawan saya, saya mengamati kesukaan jenis musik mereka. Seperti pop, pop reliji, rock, jazz, regae, blues, hip hop. Dari dalam maupun luar negeri. Saya mengoleksi beberapa musik. Tidak semua musik d

Puisi; Terima Kasih Guruku

(dimuat di www.edunews.id, pada 6 September 2016) Terima kasih Guruku Kini sudah 20 tahun lamanya, Sebuah perjalanan aku lalui, Meski baru sampai separuhnya, Namun telah ku temukan lautan kata-kata itu, Wasiatmu saat aku masih duduk di sekolah dasar, Masih saja ku ingat: “ pergilah nak, kejarlah mimpi setinggi bintang”, Dengan bodoh aku telusuri makna kata-katamu, Jauh ku langkahkan kaki, menyeberangi laut, mendaki bukit Meninggalkan diriku dari ladang- ladang dan sawahku, Langit di daerah rantau memang lebih biru adanya, Bagai kanvas putih, yang mewarnai hari-hariku dengan sejuta warna, :begitu indahnya menyelami mimpi dan mengecap manisnya. Tawa beliaku terukir di tembok salah satu universitas, Lembaran kertas, jadi jejak-jejak anak pantai naik kelas, Dengan mimpi bodoh itu, Aku beli kembali keceriaan yang tertunda di kampungku dulu, Kini saatnya aku pulang. Karena aku ingin mendekap hangatnya ombak lautan, Kampungku, Tempat dimana aku mengembalikan keri